Thu. Nov 7th, 2024

Klinik di Jepang kini mulai mengubah strategi dalam menerima pasiennya. Apalagi bagi penderita kaze (flu), demam dan batuk, dokter hanya bicara kepada psien lewat telepon. "Suami saya sakit, khusus datang ke klinik eh malah hanya bisa bicara dengan dokter lewat telepon di pintu masuk klinik tersebut," ungkap seorang WNI yang mengantar suaminya ke sebuah klinik penyakit dalam (CF) di Tokyo. Hal serupa juga dialami warga Jepang lain di klinik lainnya, juga di Tokyo.

Meskipun demikian ada yang mengambil kebijakan, kalau pasien itu sudah punya riwayat panjang di dokter tersbeut, sehingga dokter bisa dikatakan menjadi dokter pribadi pasien, umumnya diterima paling akhir untuk bisa bertemu dan itu pun dengan menjaga jarak dengan pasien. Tidak hanya konsultasi dengan dokter lewat telepon saja, saat pembayaran klinik juga dilakukan berjauhan di pintu masuk klinik tersebut sehingga tampak mengupayakan menjaga jarak berjauhan dengan pasien. "Pihak klinik melakukan hal tersebut, menjauhkan juga pasien yang satu dengan pasien yang lain, karena kalau ketahuan nantinya pasien positif Corona, maka klinik tersebut keseluruhan biasanya harus di disinfektan dan semua orang di sana harus diperiksa tes virus Corona, ditakutkan juga terinfeksi," tambahnya.

Antisipasi yang sangat ketat dilakukan di Jepang di beberapa klinik terutama yang banyak terinfeksi Corona di Kota Tokyo dan sekitarnya. Dokter menelepon pasien lalu pasien menjelaskan semua gejalanya, dan dokter akan mendengarkan serta memberikan obat yang dibutuhkan sesuai keluhan pasien. "Tak ada face to face, tak ada pemeriksaan apa pun, hanya mendengarkan dan diskusi lewat telepon saja. Lalu kita mendapat obat dan suami saja yang ambil obat, sedangkan saya tunggu di luar," tambah WNI itu. Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *